Rabu, 11 November 2009

Blackberry dan fenomena sosial

Blackberry dan fenomena sosial
Hmmm… sebenernya Guwe pengen nulis thread tentang ini sejak lama. Tapi kemarin pas banget ada trigger yang bikin Guwe gatel untuk nulis karena ternyata ini memang efeknya meluas lho.

Sesaat sambil menunggu datangnya makanan di Kafe Betawi Pasific Place, Guwe menemukan satu fenomena yang menarik. Take a look below guys…

Guys, Please!! FOCUS!! PAY ATTENTION!! we’re talking about BB, bukan pahaaaaa…. hiks..hiks..

Ok, continued. Apa yang Guwe liat mungkin sudah biasa terjadi sekarang ini, tapi… terasa atau tidak, individualisme telah mengalahkan fungsi manusia secara sosial. As you may see above, pertanyaannya, kenapa pada akhirnya mereka yg berencana untuk lunch bareng berlima, duduk di satu meja yang sama, tetapi tidak saling ngobrol dan berinteraksi malahan asyik sendiri bermain dengan Blackberrynya?

Ini yg Guwe bilang sebagai degradasi sosial, dimana peran gadget tersebut justru mulai menurunkan nilai – nilai kesopanan dan nilai sosial yang ada. Buat mereka (mungkin), itu sudah menjadi hal yang biasa, justru ini menggelitik buat Guwe dan sempat berfikir, “kenapa gak makan sendiri – sendiri aja di kantor, atau gak usah kerja di kantor sekalian, mending di rumah aja, toh tetep bersosialisasi kan?dengan dunia maya”. Buat Guwe pribadi, ketemu orang atau ngumpul bareng teman – teman adalah ngobrol dengan yang KITA TEMUI, berinteraksi dengan mereka, eye contact, dll. Bukan sibuk masing – masing dengan gadgetnya. it’s totally ridiculous.

Blackberry sendiri memang sudah tidak menjadi barah mewah lagi, sudah mulai banyak penggunanya apalagi setelah seri 8300 dan teman – temannya masuk ke Indonesia. Pertanyaannya, sampai seberapa jauh mereka mengerti fungsi gadget tersebut, dan seberapa butuhkah mereka akan blackberry itu. Ada kelakar dari teman Guwe yang mengatakan, ternyata BB itu umumnya di indonesia membuat kita seperti orang autis, yang seperti mempunyai dunia sendiri tanpa merasakan kehadiran orang – orang di sekitarnya. Kalo mau di pikir secara logika, benar juga kata – kata tersebut kalo kita mau liat contoh snapshot di atas. They even never realized where they are. With whom they are meeting with. Semuanya asyik dengan gadgetnya masing – masing. bayangkan, itu baru dengan teman – teman yang kebetulan juga pengguna blackberry. Kebayang gak sering Guwe temuin temen Guwe yg lagi ngobrol bareng keluarganya, ditanya apa, jawabnya apa, karena konsentrasinya kepecah soalnya dia lagi asyik BB-an sama ceweknya. DAMN! malah pernah Guwe omelin dia dan gue cuman bilang, “Eh, monyong, gak bisa apa tuh BB lu taruh di kamar dulu. Gak sopan banget sih di lagi diajak ngobrol ma nyokap lo!”

Ada lagi kelakuan Boss Guwe yang kalo rapat dia sambil ngotak – ngatik BBnya, yang pada akhirnya dia jadi suka gak fokus dengan agenda rapat yang akhirnya penyampaian agenda itu harus di ulang 2 – 3 kali karena konsentrasinya kepecah. Atau sering kali kita sebagai orang yang mendampingi dia rapat dengan kolega bisnis jadi ngerasa gak enak karena takutnya Boss kita dinilai gak sopan. Wew!! mungkin kalo sesepuh – sesepuh kita melihat fenomena ini, itu gadget bisa dibanting kali yah. Karena nilai konservatif yang mereka jaga untuk hal ini, ternyata membuat nilai sosial itu tetap terjaga

I’m not blaming about the gadget itself, i also use blackberry as my business gadget, BUT, at least i tried to using BB for business, my Push email. i also do chat, but i tried to do while I’m alone or in my break time.

Pertanyaan tentang “Apakah kita sudah diperbudak oleh tekhnologi” Sebenarnya sudah mulai pada saat Handphone merajalela. Tetapi fasilitas tersebut harus ditunjang dengan pulsa yang cukup karena setiap kita chat akan memakan pulsa, oleh karena itu, hal tersebut tidak begitu mengkhawatirkan. Tetapi tetap, tendensi ke arah disosiatif mulai bermunculan. Contoh, kita sudah sebegitu tergantungnya dengan Handphone, sehingga kalo HP ketinggalan kayaknya kiamat. Sekarang, era itu sudah mengarah kepada BB, dimana sangat banyak sekali fasilitas chatting yang limitless, sehingga membuat orang semakin gila untuk ngobrol di dunia maya tersebut.

Phweeeew… I’m not judging you as a blackberry user. I’m not blaming about the gadget itself, i also use blackberry as my business gadget, BUT, at least i tried to using BB for business, my Push email. i also do chat, but i tried to do while I’m alone or in my break time. Guwe balikkan lagi kepada kalian pengguna BB yang membaca tulisan ini. Tidak usah di jawab, tapi jawablah dengan hati kita sendiri. Apa kita semakin disosiatif mengingat kita adalah makhluk sosial? hmmm…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar